Thursday 10 February 2011

Inspirasi : Maka, sepertilah ‘Biji Kopi’

Maka, sepertilah ‘Biji Kopi’

Sediakanlah tiga buah panci berisi air, lalu letakkan di atas tungku atau kompor. Setelah itu, masukkan beberapa wortel ke dalam panci pertama, lalu telur di panci yang kedua, dan serbuk kopi di panci yang ketiga. Kemudian panaskan ketiga panci berisi air yang sudah diisi dengan wotel, telur, dan kopi tadi selama 15 menit

Setelah 15 menit, angkatlah masing-masing benda tersebut dari panci, kemudian lihat apa yang terjadi.

Wortel yang tadinya keras setelah dipanaskan menjadi lembek.

Telur yang tadinya lembut, setelah dipanaskan menjadi keras.

Sedangkan kopi tetap kopi, namun justru memberikan keharuman.

Apa arti percobaan tadi?

Panci dan air yang dipanaskan melambangkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Sedangkan ketiga benda di dalamnya menunjukkan sikap mental kita setelah mengahadapi permasalahan tersebut.

Wortel, melambangkan seseorang yang tadinya tegas dan teguh pada pendirian serta nilai-nilai hidup. Selalu berusaha untuk jujur dan siap bekerja keras. Namun, setelah menghadapi permasalahan hidup, tekanan lingkungan maupun keadaan keluarga yang morat-marit membuat dia memiliki mental yang lemah, tidak berani mengambil keputusan sehingga konsep dirinya berubah.

Telur, melambangkan seseorang yang tadinya lemah lembut, mengerti perasaan orang lain, dan memiliki hati yang mau melayani. Namun karena diterpa permasalahan besar dan bertubi-tubi membuatnya menjadi mudah tersinggung, keras kepala, dan egois.

Kopi, melambangkan eksistensi diri yang tidak berubah sekalipun beban permasalahan menghimpit dan menekan sedemikian rupa. Ketika masuk dalam “dapur penderitaan”, yang bersangkutan justru mampu memberikan warna dan keharuman bagi lingkungannya. Dia tidak mengeluh dengan cobaan yang dihadapi. Dari mulutnya tidak keluar ucapan yang menggerutu dan apatis. Meskipun menghadapi cobaan yang sedemikian berat, dia tetap optimis bahkan mau berbagi pengalaman agar orang lain tidak mengalami hal serupa.

Setiap orang pasti megalami permasalahan dan beban hidup yang silih berganti, baik dalam urusan pekerajaan, keluarga, maupun kehidupan pribadi. Ada orang yang mengahadapi pergumulan hidup malah dikendalikan oleh permasalahannya sendiri. Akan tetapi, ada pula orang yang bersyukur dengan permasalahan yang muncul, sebab menurutnya justru kondisi itulah yang dapat menjadi satu jalan untuk mengeluarkan pontensi dirinya yang sesungguhnya.

Ketika permasalahan muncul, cara pandangnya telah menggiringnya untuk menjadi biji kopi yang bisa memberi keharuman bagi keluarga dan lingkungan kerjanya. Mau jadi wortel, telur, atau kopi semuanya tergantung bagaimana kita merespon permasalahan yang kita hadapi saat ini.

Demikian pula orang-orang di sekeliling kita, mereka mengharapakan keharuman dan warna indah yang dikeluarkan dari dalam diri kita ketika mengahadapi gelombang permasalahan yang sepertinya sulit berakhir. Apa sesungguhnya yang diharapakan anak-anak dari orang tuanya adalah ketika menghadapi permasalahan hidup, orang tua mampu menjadi biji kopi bagi keluarganya. Bukan harta banyak, bukan jabatan yang silih berganti sehingga terkesan “disini senang, disana senang, di mana-mana hatiku senang,” melainkan keteladanan yang diberi, terutama sang ayah dan ibu mengahadapi pergumalan hidup. Ungkapan yang keluar bukannya mengerutu namun tetap optimis dengan mengajak seluruh komponen keluarga bersandar kepada Sang Pencipta yang mengatur segala sesuatu. Maka, jadilah seperti “biji kopi”.

source : book of “Half Full – Half Empety”

No comments:

Post a Comment